BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana
komunikasi terpenting yang digunakan oleh setiap manusia untuk berinteraksi
terhadap manusia lainnya. Selain itu, bahasa juga merupakan identitas diri
seseorang. Dengan mendengar bahasa yang digunakan oleh seseorang, ketika sedang
berinteraksi dengan orang lain, maka secara tidak langsung dapat diketahui asal
dan identitas seseorang tersebut. Dari bahasa yang digunakan, maka seseorang
tersebut akan berkepribadian, berperilaku dan berbudi khas sesuai dengan bahasa
yang digunakan atau dengan kata lain sesuai dengan asal dan identitas seseorang
tersebut. Namun tidak hanya itu, bahasa juga dapat menjadi sarana untuk
mempermudah terjadinya komunikasi yang baik, meskipun terdapat banyak sekali
keanekaragaman bahasa di suatu negara. Bahasa juga dapat memperkuat rasa
kesatuan setiap masyarakat di suatu negara.
Sebagai salah satu
negara yang memiliki begitu banyak keanekaragaman bahasa, Indonesia memiliki
bahasa kesatuan yang sangat dijunjung tinggi, yaitu bahasa Indonesia. Dengan
menggunakan bahasa Indonesia, maka dapat tercipta suatu kepribadian yang kokoh
dan tegas bahwa meskipun Indonesia kaya akan keanekaragaman bahasa, namun
Indonesia tetap memegang teguh bahasa kesatuan, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa
yang mempersatukan perbedaan dan keanekaragaman menjadi satu kesatuan yang
kuat. Dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, maka
kepribadian, perilaku dan budi pekerti masyarakat Indonesia akan mencerminkan
ciri khas bangsa Indonesia.
B. Batasan Masalah
·
Pengertian bahasa
·
Ciri-ciri bahasa
·
Fungsi bahasa
·
Bahasa itu alamiah dan manusiawi
·
Pengertian kepribadian dan pengembangan
kepribadian
C. Tujuan
·
Memahami pengertian bahasa
·
Mengetahui ciri-ciri bahasa
·
Mengetahui fungsi bahasa
·
Memahami bahasa itu alamiah dan
manusiawi
·
Mengetahui pengertian kepribadian dan
pengembangan kepribadian
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
Dalam
(Akhadiah dkk, 1991: 2) Pada dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yang
melambangkan pikiran, perasaan, serta sikap. Jadi bahasa ialah lambang. Dalam
pemakaiannya, lambang itu digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku,
diantaranya kaidah pembentukan. Maka sesuai dengan kaidah itu, rangkaian bunyi
membentuk gabungan kata, klausa, dan kalimat.
Dalam (Widjono, 2007: 14) Bahasa
adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyaratak pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,
yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut
mencakup unsur-unsur, yakni (1) Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami
oleh masyarakat pemakainya. (2) Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang
ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan. (3)
Lambang-lambang tersebut bersifat kesepakatan digunakan secara berulang dan
tetap. (4) Sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi produktif. (5)
Sistem lambang bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan lambang bahasa lain.
(6) Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal.
Dalam (Oka dan Suparno, 1994: 2) Beberapa defenisi
bahasa yang diambil dari berbagai sumber:
·
Menurut Webster’s Third New
International Dictionary of the English Language, bahasa adalah alat yang
sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda,
bunyi-bunyi, gestur, atau tanda-tanda yang disepakati yang mengandung makna
yang dapat dipahami.
·
Finocchiaro mengartikan bahasa adalah
sistem simbol vokal yang arbitrar yang memungkinkan semua orang dalam suatu
kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu,
berkomunikasi atau berinteraksi.
·
Menurut Kridalaksana, bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrar yang dipergunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
·
Bahasa adalah sistem bunyi dan urutan
bunyi vokal yang terstruktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam
komunikasi interpesonal oleh sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan
untuk mengungkapkan sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar
manusia
Dalam (Oka dan Suparno, 1994: 3) Hakikat bahasa yang
dinyatakan dengan defenisi tersebut berbeda dengan hakikat bahasa yang
dinyatakan oleh Chomsky (1957: 2). Chomsky menganggap bahasa sebagai
seperangkat kalimat yang masing-masing memiliki panjang yang terbatas dari
seperangkat unsur atau elemen yang terbatas. Secara dominan, Chomsky menandai
hakikat bahasa sebagai maujud (entity) yang terdiri dari seperangkat kalimat,
walupun diakui bahwa setiap kalimat mengandung sejumlah fonem yang terbatas dan
direpresentasikan sebagai urutan fonem-fonem yang terbatas.
Dalam (Barus, 2014: 1) Harimurti Kridalaksana
berpengertian bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi arbitrer yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasi diri. Wojowasito berpengertian bahwa bahasa adalah alat
mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman yang terdiri dari lambang-lambang
bahasa.
B. Ciri-ciri bahasa
Dalam (Nikelas,
1988: 5) Ada beberapa ciri-ciri bahasa yang akan dikemukakan di sini untuk
menambah pengertian kita tentang hakekat bahasa, yakni:
·
Bahasa sebagai bunyi/suara
Bahasa adalah bunyi yang dikeluarkan melalui alat,
bicara manusia, dan didengar oleh pembicara lain. Setiap manusia yang normal
mempunyai alat bicara dan tentu dapat mengucapkan bunyi ujaran yang dapat
dimengerti oleh pembicara lain dalam masyarakat bahasa tertentu. Bunyi-bunyi
bahasa dapat dideskripsikan dan dijelaskan dengan gerak-gerakan alat bicara
yang digunakan waktu mengucapkan bunyi-bunyi tersebut.
·
Bahasa adalah sistematis
Bahasa merupakan sebuah sistem yang di dalamnya
terdapat aturan-aturan yang harus diikuti dan dimengerti oleh si pemakai
bahasa. Sifat bahasa yang sistematis itu dapat juga digambarkan dengan
mengatakan bahwa bahasa itu bukan merupakan sistem yang tunggal tetapi dapat
terdiri dari beberapa sub-sistem seperti fonologi, gramatika, dan leksikon.
·
Bahasa adalah suatu sistem dari beberapa
sistem
Bahasa merupakan beberapa subsistem yaitu subsistem
fonologi, grammar, dan leksikon, makan bahasa mempunyai hubungan yang
sistematis antar komponennya. Setiap sistem berbeda dan tidak dapat dibuat sama
atau disamakan. Bahasa adalah sebuah sistem yang di dalam sistem tersebut
terdapat beberapa subsistem yang mempunyai bentuk tersendiri dan dapat
dijelaskan.
·
Bahasa itu mengandung arti
Bahasa itu mengandung makna dan arti dari setiap
simbol yang digunakan. Bahasa dapat merujuk kepada beragam objek,kejadian,
hubungan antara objek dan kejadian.
·
Bahasa bersifat arbiter
Dalam pengertian ini, tidak ada satu hubungan mutlak
antara satuan bunyi bahasa dengan objek kata dan benda yang dilambangkan. Ini
juga berarti bahwa komunikasi antar penutur bahasa yang berbeda tidak mungkin
akan terjadi, karena tidak ada hubungan antara bunyi bahasa dengan pesan yang
disampaikan walaupun pesan itu sama.
·
Bahasa bersifat konvensional
Konvensional dimaksudkan adanya persetujuan antara
pemakai bahasa tentang bunyi, ucapan, lambang serta pesan yang ditunjuk dalam
masyarakat pemakai bahasa tersebut. Dengan pengertian demikian kita dapat
melihat bahwa suatu ucapan yang diucapkan oleh penutur bahasa tertentu akan
dimengerti oleh penutur lainnya dalam masyarakat bahasa tersebut.
·
Bahasa bersifat unik
Bahasa mempunyai sistem. Sistem ini berbeda dari
satu bahasa dengan bahasa lainnya. Umpamanya sistem bunyi bahasa Indonesia
berbeda dari satu bahasa dengan bahasa lainnya. Umpamanya sistem bunyi bahasa
Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris. Dengan demikian setiap bahasa dapat
dikatakan bersifat unik. Sifat unik dari satu bahasa itu dapat diartikan
sebagai suatu sistem yang khas yang dipunyai oleh bahasa tersebut.
·
Bahasa bersifat universal
Bahasa bersifat universal, berarti bahwa ada
ciri-ciri yang sama pada beberapa bahasa. Kesamaan ciri dan sifat yang dipunyai
oleh bahasa-bahasa tersebut merupakan sifat universal yang dipunyai oleh bahasa
terebut merupakan sifat universal yang dipunyai oelh bahasa tersebut. Ciri
produktif, manusiawi, dan kreatif dapat juga kita katakan sebagai sifat
universal yang dipunyai oleh bahasa-bahasa di dunia ini.
·
Bahasa bersifat kreatif
Sifat kreatif yang dipunyai bahasa ini memungkinkan
kita untuk membuat sebanyak mungkin kalimat yang berbeda atau untuk mengerti
kalimat-kalimat yang diucapkan oleh orang lain.
Sedangkan
dalam (Oka dan Suparno, 1994: 9) Beberapa karakteristik bahasa dapat
disebutkan:
·
Oral
Bahwa
bahasa adalah bunyi adalah wajar mengingat kenyataan bahwa pengalaman berbahasa
yang paling umum pada manusia adalah berbicara dan menyimak. Kehadiran bunyi
bahasa lebih dulu daripada kehadiran tulisan.
Sehubungan dengan itu, Bloomfield menyatakan bahwa bahasa pada
hakikatnya adalah lisan.
·
Arbitrar dan simbolis
Ciri
arbitrar ini tampak pada hubungan antara lambang dan yang dilambangi dalam
pengertian bahwa tidak ada hubungan langsung antara lambang dan yang
dilambangi. Lambang-lambang bahasa itu menggambarkan objek-objek yang konkret,
berbagai kegiatan, pengalaman, dan gagasan. Sifat-sifat simbolis yang dimiliki
bahasa itu memungkinkan kita mengabstraksikan ide-ide dan pengalaman.
·
Konvensional
Bahasa
sapat disebut bersifat konvensional karena sifat hasil kesepakan itu. Hal yang
perlu dipahami adalah kenyataan bahwa kesepakatan itu bukanlah formal yang
dinyatakan melalui musyawarah, sidang, rapat untuk menentukan lambang tertentu.
·
Unik dan universal
Setiap
bahasa memiliki ciri khasnya sendiri yang tidak terdapat pada bahasa lain.
Dengan kata lain, setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang diskrit, yang
memberikan identitas diri sebagai bahasa yang berbeda dari yang lain.
·
Beragam
Ragam
bahasa bermacam-macam tergantung pada dasar klasifikasinya. Berdasarkan
masyarakat pemakainya terdapat ragam yang disebut sosiolek. Berdasarkan
kebakuannya, ragam bahasa dapat dikategorikan menjadi dua, yakni ragam baku dan
ragam subbaku.
·
Berkembang
Karakter
ini berlaku pada bahasa yang masih hidup. Dalam perkembangannya, unsur-unsur
yang merupakan wujud perkembangan itu tidak lagi disadari oleh penuturnya.
·
Produktif atau kreatif
Sebenarnya
karakter ini berangkat dari pemakainya. Pemakai bahasa dengan pola-pola dan
lambang-lambang yang terbatas dapat mengkreasi hal-hal baru melalui bahasa.
·
Merupakan fenomena sosial
Bahasa
itu merupakan fenomena sosial. Kita tidak dapat memisahkan bahasa dari
kebudayaan, sebab hubungan antara keduanya sangat erat. Bahasa itu sudah
menyatu benar dengan orang yang menggunakannya dan memilikinya. Karena bahasa
itu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik kebudayaan, maka
setiap bahasa merefleksikan kebudayaan masyarakat pemakainya. Bahasa itu
merupakan bagian dari sistem nilai, kebiasaan, dan keyakinan yang kompleks yang
membentuk suatu kebudayaan.
·
Bersifat insani
Hanya manusialah yang mempunyai kemampuan berbahasa.
Bahasa merupakan suatu aspek perilaku yang bisa dipelajari hanya oleh manusia.
Bahasa menumbuhkembangkan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan menempatkan
peradabannya jauh di atas berbagai bentuk kehidupan makhluk yang lebih rendah.
C. Fungsi Bahasa
Dalam (Chaer,
2003: 33) Jawaban tradisonal atas pertanyaan apakah fungsi bahasa, adalah bahwa
bahasa itu adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep, atau jaga perasaan. Dalam hal lain, Wardhaugh seorang
pakar sosiolinguistik juga mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat
komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun fungsi ini sudah mencakup
lima fungsi dasar yang menurut Kinneavy yakni:
· Fungsi ekspresi, yakni pengguanaan
bahasa yang mengungkapkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan
seorang penutur kepada orang lain.
· Fungsi informasi, yakni fungsi untuk
menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain.
· Fungsi eksplorasi, yakni penggunaan
bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan.
· Fungsi persuasi, yakni penggunaan bahasa
yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu secara baik-baik.
· Fungsi entertainmen, yakni penggunanaan
bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.
Dalam
(Akhadiah dkk, 1991: 2) Peranan bahasa:
·
Bahasa merupakan sarana utama untuk
berpikir dan bernalar. Dengan bahasa ini, manusia menyampaikan hasil pmeikiran
atau penalaran, sikap serta perasaannya. Ia bergaul dan berkomunikasi, mencari
informasi, serta mengendalikan pikiran, sikap, dan perbuatan sesamanya dengan menggunakan
bahasa.
· Bahasa sebagai alat penerus dan
pengembang kebudayaan. Melalui bahasa, nilai-nilai dalam masyarakat dapat
diwariskan dari satu generas ke generasi selanjutnya. Dengan bahasa itu pula
ilmu dan teknologi dikembangkan.
· Bahasa mempunyai peranan yang penting
dalam mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahsa yang
sama akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.
D.
Bahasa
itu Alamiah dan Manusiawi
Dalam
(Parera, 1991: 6) Bahasa itu merupakan satu gejala alamiah dan manusiawi.
Pertama-tama kita harus melihat bahasa sebagai satu gejala alamiah. Oleh karena
bahasa sebagai satu gejala alamiah, maka metode-metode keilmuan dapat dikenakan
dan dipakai pula untuk menganalisis bahasa. Apakah yang dimaksud dengan bahasa
alamiah? Semua kita tahu bahwa salah satu gejala alam yang manusiawi yang
terdapat pada sebuah paguyuban atau masyarakat, suku, atau bangsa ialah
pemilikan satu isyarat komunikasi yang disebut bahasa. Isyarat komunikasi yang
berwujud bahasa itu telah dimiliki oleh masyarakat pemakainya sejak ia
dijumpai. Asal mula bahasa tersebut tidak dapat ditentukan, orang tidak dapat
lagi menentukan bagaimana bahasa itu terjadi. Bahasa itu tidak diciptakan oleh
seseorang atau oleh kelompok orang. Bahasa itu sudah ada di sana dan
dipergunakan oleh masyarakatnya sebagai salah satu isyarat komunikasi. Bahasa
yang semacam itulah yang dikatakan bahasa alamiah.
Dalam
(Parera, 1991: 7) Di samping gejala alamiah, bahasa itu pun merupakan pula satu
gejala manusiawi. Kita katakan manusia berkomunikasi dengan berbagai macam
isyarat. Salah satu isyarat komunikasi itu adalah bahasa. Hanya manusia yang
memiliki isyarat komunikasi yang disebut bahasa. Itu sebabnya dikatakan pula
bahwa bahasa itu merupakan satu gejala alam yang manusiawi. Isyarat komunikasi
manusia bersifat produktif imanen dan kreatif. Komunikasi manusia berkembang,
bertambah, hilang, berganti, dan dapat bertambah secara kualitatif dan
kuantitatif. Isyarat komunikasi yang produktif imanen dan kreatif hanya
terdapat pada isyarat komunikasi manusia. Isyarat inilah yang disebut bahasa.
Jadi, bahasa itu manusiawi.
E.
Bahasa
Selalu Berkembang
Dalam
(Kartomihardjo, 1988: 7) Bahasa tidak pernah berhenti berkembang. Hal ini
nampak jelas terutama pada perkembangan kosakata. Dalam sistem kosakata dan
kaidah-kaidah wacana setiap bahasa berkembang sesuai dengan nilai-nilai dalam
masyarakat pemakainya, serta sesuai pula dengan kehendak para warga masyarakat
itu untuk memmenuhi kebutuhan mereka., kapan saja mereka menghendakinya. Memang
di dalam strukturnya setiap bahasa memiliki mekanisme yang melayani
perkembangan itu. Setiap pemakai bahasa, terutama penutur asli mampu:
·
Menciptakan kata-kata baru
·
Menggunakan kata lama dengan makna baru
·
Membuat kalimat baru yang belum pernah
diciptakan sebelumnya
·
Menyusun kalimat-kalimat, termasuk yang
baru menjadi suatu wacana yang sama sekali baru
Dalam
(Kartomihardjo, 1988: 8) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang dapat
mengutarakan pendapatnya dengan baik karena tata bahasa dengan kaidah-kaidahnya
memungkinkan orang menyusun kata-kata ke dalam frasa, kalimat, atau wacana
baru. Sebaliknya orang juga bisa memahami pendapat orang lain yang disampaikan
di dalam kalimat atau wacana baru karena orang dapat menggunakan konteks,
kaidah tata bahasa dan berbagai makna sosial yang direfleksikan di dalam
kalimat dan wacana untuk menangkap maksud pembicara.
Dalam
(Kartomihardjo, 1988: 9) Perkembangan bahasa yang nampak jelas dan berkembang
dengan cepat adalah sistem kosakata. Hal itu tidak berarti bahwa sistem bunyi
yang dalam linguistik disebut fonologi, dan sistem sintaksis tidak berkembang.
Memang berbeda dengan sistem kosakata, perkembangan yang terjadi di dalam
sistem fonologi dan sintaksis sangat lambat.
Bahasa yang
selalu berkembang ini berlaku pada bahasa yang masih hidup. Dalam
perkembangannya, unsur-unsur yang merupakan wujud perkembangan itu tidak lagi
disadari oleh penuturnya.
F. Pengertian Kepribadian dan
Pengembangan Kepribadian
Dalam (Barus,
2014: 1) Amit Abraham mendefenisikan kepribadian adalah pola-pola pemikiran,
perasaan, dan perilaku yang tertanam dalam-dalam dan relatif permanen.
Kepribadian menyiratkan prediktabalitas tentang bagaimana seseorang akan
beraksi dalam keadaan yang berbeda-beda.
Dalam (Abu
Ahmadi, 2005: 156) Defenisi kepribadian dapat dianalisis sebagai berikut:
· Merupakan suatu organisasi dinamis,
yaitu suatu kebulatan, organisasi atau sistem yang mengikat dan mengaitkan
berbagai macam aspek atau komponen kepribadian.
·
Organisasi itu terdiri atas
sistem-sistem jiwa raga.
· Organisasi itu menentukan penyesuaian
dirinya, artinya menunjukkan bahwa kepribadian dibentuk oleh kecenderungan yang
berperan secara aktif dalam menentukan tingkah laku individu yang berhubungan
dengan dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat.
·
Penyesuaian diri dalam hubungan dengan
lingkungan itu bersifat unuk, khas, atau khusus, yakni mempunyai ciri-ciri
tersendiri dan tidak ada yang menyamainya.
Istilah
pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu cara yang baru,
dimana selama kegiatan tersebut penilaian atau penyempurnaan terhadap cara
tersebut terus dilakukan. Bila setelah mengalami penyempurnaan itu akhirnya
cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka
berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut (Hendyat Soetopo, 1986: 45).
Dalam (Barus,
2014: 1) Tjokrominoto berpengertian bahwa pengembangan kepribadian mencakup
berbagai kualitas, seperti religiusitas, moralitas, penghayatan, wawasan
kebangsaan, kemandirian, kreativitas, dan ketahanan mental. Secara lebih spesifik,
pengembangan aspek-aspek kepribadian seperti aktivitas kemandirian, ketahanan
mental, etos kerja, disiplin, diletakkan dalam konteks religiusitas, moralitas,
dan pengahyatan wawasan kebangsaan.
BAB
III
KESIMPULAN
Bahasa adalah sistem lambang berupa
bunyi arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa digunakan untuk kita
melakukan komunikasi dengan pihak lain sehingga pihak lain paham dan mengerti
apa yang kita maksud. Dengan berbahasa ini, kita juga dapat mengetahui
kepribadian kita dan mengembangkan kepribadian kita tersebut.
Bahasa mempunyai ciri-ciri yakni
sistematis, unik, universal, konvensional, arbiter, dan masih banyak lagi.
Fungsi ekspresi, yakni pengguanaan bahasa yang mengungkapkan ungkapan-ungkapan
batin yang ingin disampaikan seorang penutur kepada orang lain. Bahasa itu
sendiri mempunyai beberapa fungsi, yakni:
·
Fungsi informasi, yakni fungsi untuk
menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain.
·
Fungsi eksplorasi, yakni penggunaan
bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan.
·
Fungsi persuasi, yakni penggunaan bahasa
yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu secara baik-baik.
·
Fungsi entertainmen, yakni penggunanaan
bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.
DAFTAR
PUSTAKA
Barus,
Sanggup dkk. 2014. Pendidikan Bahasa
Indonesia. Medan: Unimed Press.
Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian
Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Nikelas,
Syahwin. 1988. Pengantar Linguistik untuk
Guru Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Akhadiah,
Sabarti dkk. 1991. Bahasa Indonesia I.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Parera,
Jos Daniel. 1991. Kajian lingustik Umum
Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartomihardjo,
Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan
Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Oka
dan Suparno. 1994. Linguistik Umum.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ahmadi,
Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Soetopo,
Hendyat dan Wasty Seomanto. 1986. Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bima Aksara.
Share This :
0 komentar:
Posting Komentar